PENDAHULUAN
Banjir merupakan
peristiwa tergenangnya sejumlah luasan daratan oleh sejumlah volume air yang
meluap atau melimpas dari tempat dimana volume air tersebut seharusnya berada
atau mengalir. Banjir rob sendiri
merupakan istilah khusus yang hanya dipakai di Indonesia, untuk menggambarkan
banjir yang disebabkan oleh meluapnya sejumlah volume air laut ke daerah pesisir
sekitarnya.
Jakarta layak
kebanjiran. Banjir terjadi karena terganggunya perimbangan antara air
infiltrasi, run-off, dan evapotranspirasi akibat perubahan daya serap lahan.
Gundulnya pepohonan dan massifnya permukaan lahan, apalagi pada lahan miring,
merupakan faktor utamanya.
Alam memang tidak
pernah mengatur adanya banjir dalam siklus hidrologinya. Banjir terjadi justru
karena kemajuan peradaban manusia dan 'keberhasilannya membangun. Banjir telah
menjadi rapor buruk yang tidak layak diperdebatkan karena merupakan hasil kerja
kolektif semua pihak. Banjir, yang awalnya hanya dianggap air pasang karena
akumulasi sesaat presipitasi yang akan cepat surut setelah hujan reda, kini
menjadi bencana permanen. Banjir kini meluap dalam skala besar, menggenangi
permukiman, menghanyutkan rumah dan harta benda, bahkan tak jarang menyebabkan
korban jiwa.
Jakarta layak kebanjiran.
Banjir terjadi karena terganggunya perimbangan antara air infiltrasi, run-off,
dan evapotranspirasi akibat perubahan daya serap lahan. Gundulnya pepohonan dan
massifnya permukaan lahan, apalagi pada lahan miring, merupakan faktor
utamanya. Maka tidak salah, awalnya luapan air banjir Jakarta diduga karena
rusaknya penutupan hutan dan lahan di hulu daerah aliran sungai (DAS). Namun
kenyataan pada 1 Februari 2008 tadi tidak demikian. Hujan lokal telah
menggenangi Jakarta. Bahkan tidak menyebabkan kota pelanggan banjir, Bekasi,
kebanjiran.
Ancaman banjir DKI
Jakarta berasal dari berbagai penjuru. Tercatat, air limpas kiriman dari hulu
dan bagian tengah DAS Ciliwung berjumlah 500 juta meter kubik setiap tahun.
Banjir juga terjadi karena pertemuan air limpas presipitasi hujan dengan
naiknya air pasang laut di daerah hilir.
Pengurukan areal rawa
pantai untuk permukiman dan aktivitas komersial ataupun wisata sekelompok warga
kelas atas juga terbukti memindahkan air bah ke daerah bawah yang sebelumnya
tidak menderita kebanjiran dan menenggelamkan ruas jalan tol Sedyatmo. Faktor
intensitas curah hujan dan durasinya tentu sangat berperanan pula menciptakan
bencana itu.
Faktor lain adalah
akibat tidak tertatanya permukiman jutaan masyarakat yang mengais rezeki dari
menumpuknya uang pembangunan negara di Jakarta. Permukiman dibangun di mana
saja yang memiliki akses cepat ke sumber perekonomian. Daerah lembah yang basah
di daerah hilir atau bantaran sungai justru diminati karena harganya
terjangkau.
Banjir Jakarta juga
terjadi karena ulah pengelola kota itu sendiri yang tidak memahami atau tidak
peduli pada ancaman bencana banjir. Rencana tata kota dan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dalam prakteknya cenderung mudah diabaikan. Pemerintah
setempat juga hanya mampu membangun jalan umum dari bekas jalan setapak yang
berliku, bergunung, dan berlembah mengikuti alur topografi asli tanpa pemikiran
masalah kebutuhan aliran air.
Dari
kasus diatas kita bisa mengkaitkan dalam penjabaran metode ilmiah.
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan
suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang
sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian
sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang
dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Metode
Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu :
·
Rasional: sesuatu yang masuk akal dan
terjangkau oleh penalaran manusia
·
Empiris: menggunakan cara-cara tertentu
yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera
·
Sistematis: menggunakan proses dengan
langkah-langkah logis.
Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya :
·
Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai
dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris.
·
Metodik, artinya pengetahuan ilmiah
diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
·
Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah
itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain
saling berkaitan.
·
Universal, artinya pengetahuan tidak
hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi
semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama.
Sifat
Metode Ilmiah :
·
Efisien dalam penggunaan sumber daya
(tenaga, biaya, waktu).
·
Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
·
Teruji (prosedurnya logis dalam
memperoleh keputusan).
Pola
pikir dalam metode ilmiah :
·
Induktif: Pengambilan kesimpulan dari
kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait dengan
empirisme.
·
Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari
hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus dan terkait dengan
rasionalisme.
Langkah
– langkah Metode Penelitian, diantaranya :
a. Perumusan masalah
Proses kegiatan ilmiah
dimulai ketika kita tertarik pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena manusia
memiliki sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul
pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk
mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas
batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut.
Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat
diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut. Masalah yang
ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan
masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
b. Pembuatan kerangka
berfikir
Pembuatan kerangka
berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor
yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka
berfikir menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas
keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu
diperoleh dari wawancara dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.
c. Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan
dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis
dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang
lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis. Masalah yang dirumuskan
harus relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran
referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
d. Pengujian
Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai
cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan
akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
e. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan
merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan
ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan
terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Dari
Kasus yang diatas kita bisa mengkaitkannya dengan penjabaran Metode Ilmiah,
seperti:
Perumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan banjir, dan apa
dampak yang di timbulkannya ?
2. Mengapa banjir dapat menggenangi ibukota ?
3. Bagaimana cara mengatasi banjir di ibukota?
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui tentang banjir dan dampak yang
ditimbulkannya
2. Mengetahui penyebab banjir yang terjadi di
ibukota
3. Mengetahui cara mengatasi banjir di ibukota
Kesimpulan
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan
oleh pemukiman padat penduduk, saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan,
tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah yang liar.
2. Cara mengatasi
banjir di daerah Jakarta adalah:
·
Membuat daerah resapan air yang lebih
luas lagi, dan jangan memperkecil saluran air yang sudah ada.
·
Mengkaji ulang tata kota daerah
Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
·
Membuat tanggul baik yang permanent atau
non permanent dirumah masing-masing yang selalu terkena banjir.
·
Jangan mendirikan bangunan di lahan yang
memang rawan banjir.
Sumber:
alphaomega86.tripod.com/metode_ilmiah.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar