Senin, 01 April 2013

KASUS BANJIR DI JAKARTA - SOFTSKILL B.INDONESIA


PENDAHULUAN
Banjir merupakan peristiwa tergenangnya sejumlah luasan daratan oleh sejumlah volume air yang meluap atau melimpas dari tempat dimana volume air tersebut seharusnya berada atau  mengalir. Banjir rob sendiri merupakan istilah khusus yang hanya dipakai di Indonesia, untuk menggambarkan banjir yang disebabkan oleh meluapnya sejumlah volume air laut ke daerah pesisir sekitarnya.
Jakarta layak kebanjiran. Banjir terjadi karena terganggunya perimbangan antara air infiltrasi, run-off, dan evapotranspirasi akibat perubahan daya serap lahan. Gundulnya pepohonan dan massifnya permukaan lahan, apalagi pada lahan miring, merupakan faktor utamanya.
Alam memang tidak pernah mengatur adanya banjir dalam siklus hidrologinya. Banjir terjadi justru karena kemajuan peradaban manusia dan 'keberhasilannya membangun. Banjir telah menjadi rapor buruk yang tidak layak diperdebatkan karena merupakan hasil kerja kolektif semua pihak. Banjir, yang awalnya hanya dianggap air pasang karena akumulasi sesaat presipitasi yang akan cepat surut setelah hujan reda, kini menjadi bencana permanen. Banjir kini meluap dalam skala besar, menggenangi permukiman, menghanyutkan rumah dan harta benda, bahkan tak jarang menyebabkan korban jiwa.
Jakarta layak kebanjiran. Banjir terjadi karena terganggunya perimbangan antara air infiltrasi, run-off, dan evapotranspirasi akibat perubahan daya serap lahan. Gundulnya pepohonan dan massifnya permukaan lahan, apalagi pada lahan miring, merupakan faktor utamanya. Maka tidak salah, awalnya luapan air banjir Jakarta diduga karena rusaknya penutupan hutan dan lahan di hulu daerah aliran sungai (DAS). Namun kenyataan pada 1 Februari 2008 tadi tidak demikian. Hujan lokal telah menggenangi Jakarta. Bahkan tidak menyebabkan kota pelanggan banjir, Bekasi, kebanjiran.
Ancaman banjir DKI Jakarta berasal dari berbagai penjuru. Tercatat, air limpas kiriman dari hulu dan bagian tengah DAS Ciliwung berjumlah 500 juta meter kubik setiap tahun. Banjir juga terjadi karena pertemuan air limpas presipitasi hujan dengan naiknya air pasang laut di daerah hilir.
Pengurukan areal rawa pantai untuk permukiman dan aktivitas komersial ataupun wisata sekelompok warga kelas atas juga terbukti memindahkan air bah ke daerah bawah yang sebelumnya tidak menderita kebanjiran dan menenggelamkan ruas jalan tol Sedyatmo. Faktor intensitas curah hujan dan durasinya tentu sangat berperanan pula menciptakan bencana itu.
Faktor lain adalah akibat tidak tertatanya permukiman jutaan masyarakat yang mengais rezeki dari menumpuknya uang pembangunan negara di Jakarta. Permukiman dibangun di mana saja yang memiliki akses cepat ke sumber perekonomian. Daerah lembah yang basah di daerah hilir atau bantaran sungai justru diminati karena harganya terjangkau.

Banjir Jakarta juga terjadi karena ulah pengelola kota itu sendiri yang tidak memahami atau tidak peduli pada ancaman bencana banjir. Rencana tata kota dan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dalam prakteknya cenderung mudah diabaikan. Pemerintah setempat juga hanya mampu membangun jalan umum dari bekas jalan setapak yang berliku, bergunung, dan berlembah mengikuti alur topografi asli tanpa pemikiran masalah kebutuhan aliran air.
Dari kasus diatas kita bisa mengkaitkan dalam penjabaran metode ilmiah.
Pengertian Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Metode Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu :
·         Rasional: sesuatu yang masuk akal dan terjangkau oleh penalaran manusia
·         Empiris: menggunakan cara-cara tertentu yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera
·         Sistematis: menggunakan proses dengan langkah-langkah logis.

Syarat-syarat Metode Ilmiah, diantaranya :
·         Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris.
·         Metodik, artinya pengetahuan ilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
·         Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain saling berkaitan.
·         Universal, artinya pengetahuan tidak hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama.
Sifat Metode Ilmiah :
·         Efisien dalam penggunaan sumber daya (tenaga, biaya, waktu).
·         Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
·         Teruji (prosedurnya logis dalam memperoleh keputusan).

Pola pikir dalam metode ilmiah :
·         Induktif: Pengambilan kesimpulan dari kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait dengan empirisme.
·         Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus dan terkait dengan rasionalisme.
Langkah – langkah Metode Penelitian, diantaranya :
a. Perumusan masalah
Proses kegiatan ilmiah dimulai ketika kita tertarik pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena manusia memiliki sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut. Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut. Masalah yang ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
b. Pembuatan kerangka berfikir
Pembuatan kerangka berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka berfikir menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu diperoleh dari wawancara dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.
c. Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis. Masalah yang dirumuskan harus relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.


d. Pengujian Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
e. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau diterima. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan kebenarannya.

Dari Kasus yang diatas kita bisa mengkaitkannya dengan penjabaran Metode Ilmiah, seperti:
Perumusan Masalah
1.   Apa yang dimaksud dengan banjir, dan apa dampak yang di timbulkannya ?
2.   Mengapa banjir dapat menggenangi ibukota ?
3.   Bagaimana cara mengatasi banjir di ibukota?

 Tujuan Penulisan
1.   Mengetahui tentang banjir dan dampak yang ditimbulkannya
2.   Mengetahui penyebab banjir yang terjadi di ibukota
3.   Mengetahui cara mengatasi banjir di ibukota

Kesimpulan
1. Daerah  Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan oleh pemukiman padat penduduk, saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan, tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah yang liar.
2. Cara mengatasi banjir di daerah Jakarta adalah:
·         Membuat daerah resapan air yang lebih luas lagi, dan jangan memperkecil saluran air yang sudah ada.
·         Mengkaji ulang tata kota daerah Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
·         Membuat tanggul baik yang permanent atau non permanent dirumah masing-masing yang selalu terkena banjir.
·         Jangan mendirikan bangunan di lahan yang memang rawan banjir.

Sumber:
alphaomega86.tripod.com/metode_ilmiah.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar