BINTANG UNTUK SAHABAT
Malam nan suci dan sepi,
menarikku untuk keluar dari rumah.
Kupandangi Langit malam...
Ternyata bertaburkan Bintang yang tak terhitung jumlahnya.
Andaikan ku seorang Bidadari,
Kan kubawa diriku dan sahabatku untuk menari diatas sana.
Kuraih sebuah Bintang terindah,
dan kupersembahkan untuk sahabatku yang selalu menemaniku.
Senin, 01 April 2013
SELIMUT MIMPI - SOFTSKILL B.INDONESIA
Selimut Mimpi
Sunyi sepi ku
ratapi dalam hati
Kegelapan yang
selalu menyelimuti ku
Tak akan pernah
tau kapan akan datang terang
Hatiku kian
menangis dalam sunyi nya kehidupan yang ku alami
Rasa nya hati
ini kosong
Tak ada warna,
Canda maupun tawa
Hidup ini
kulalui Sebelum aku mengenal tulisan
Sebelum aku
paham akan makna
Hingga aku
selalu merindukan cahaya dalam tidur ku
Rasanya ingin
selalu tertidur dalam selimut mimpi
Terdiam namun
menikmati keindahan dan kehidupan yang sebenarnya
Aku bukanlah
benda yang hanya memiliki bentuk
Aku bukanlah
tumbuhan yang tumbuh dalam keadaan terdiam
Aku memiliki
jiwa dan perasaan yang selalu merindukan selimut mimpi
Walau terlihat
samar namun aku bahagia dalam selimut mimpiku
Karena aku
menemukan cahaya dalam selimut mimpiku
Cahaya yang
datang untuk menghiburku
Memberikan
canda dan tawa
Memberikan
kehidupan yang penuh warna
Karena itu aku
sangat merindukan nya
Merindukan
Selimut mimpi ku
KARANGAN - SOFTSKILL B.INDONESIA
KARANGAN
Karangan merupakan
karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan
menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Dalam
artikel ini karangan di bagi menjadi 2 jenis yaitu karangan ilmiah dan karangan
non ilmiah.
Karangan
ilmiah
Karangan ilmiah adalah
biasa disebut karya ilmiah, yakni laporan tertulis dan diterbitkan yang
memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seseorang
atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan
ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Tujuan dari pembuatan
karangan ilmiah, antara lain :
·
Memberi penjelasan
·
Memberi komentar atau penilaian
·
Memberi saran
·
Menyampaikan sanggahan
Bentuk
Karya Ilmiah
Dalam karya ilmiah
dikenal antara lain berbentuk makalah, report atau laporan ilmiah yang
dibukukan, dan buku ilmiah.
1. Karya Ilmiah
Berbentuk Makalah
Makalah pada umumnya
disusun untuk penulisan didalam publikasi ilmiah, misalnya jurnal ilmu
pengetahuan, proceeding untuk seminar bulletin, atau majalah ilmu pengetahuan
dan sebagainya. Maka ciri pokok makalah adalah singkat, hanya pokok-pokok saja
dan tanpa daftar isi.
2. Karya Ilmiah
Berbentuk Report/ Laporan Ilmiah Yang Dibukukan
Karya ilmiah jenis ini
biasanya ditulis untuk melaporkan hasil-hasil penelitian, observasi, atau
survey yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang. Laporan ilmiah yang
menjadi persyaratan akademis di perguruan tinggi biasanya disebut Skripsi, yang
biasanya dijadikan persyaratan untuk karya ilmiah jenjang S1, Tesis untuk
jenjang S2, dan Disertasi untuk jenjang S3.
3. Buku Ilmiah
Buku ilmiah adalah
karya ilmiah yang tersusun dan tercetak dalam bentuk buku oleh sebuah penerbit
buku umum untuk dijual secara komersial di pasaran. Buku ilmiah dapat berisi
pelajaran khusus sampai ilmu pengetahuan umum yang lain.
Ciri-Ciri
Karya Ilmiah
·
Karangan ilmiah mempunyai beberapa ciri,
antara lain:
·
Kejelasan. Artinya semua yang
dikemukakan tidak samar-samar, pengungkapan maksudnya tepat dan jernih.
·
Kelogisan. Artinya keterangan yang dikemukakan
masuk akal.
·
Kelugasan. Artinya pembicaraan langsung
pada hal yang pokok.
·
Keobjektifan. Artinya semua keterangan
benar-benar aktual, apa adanya.
·
Keseksamaan. Artinya berusaha untuk
menghindari diri dari kesalahan atau kehilafan betapapun kecilnya.
·
Kesistematisan. Artinya semua yang
dikemukakan disusun menurut urutan yang memperlihatkan kesinambungan.
·
Ketuntasan. Artinya segi masalah dikupas
secara mendalam dan selengkap-lengkapnya.
Macam-Macam
Karya Ilmiah
1. Skripsi; adalah
karya tulis (ilmiah) mahasiswa untuk melengkapi syarat mendapatkan gelar
sarjana (S1). Skripsi ditulis berdasarkan pendapat (teori) orang lain. Pendapat
tersebut didukung data dan fakta empiris-obyektif, baik berdasarkan penelitian
langsung, observasi lapangan / penelitian di laboratorium, ataupun studi
kepustakaan. Skripsi menuntut kecermatan metodologis hingga menggaransi ke arah
sumbangan material berupa penemuan baru.
2. Tesis; adalah jenis
karya tulis dari hasil studi sistematis atas masalah. Tesis mengandung metode
pengumpulan, analisis dan pengolahan data, dan menyajikan kesimpulan serta
mengajukan rekomendasi. Orisinalitas tesis harus nampak, yaitu dengan
menunjukkan pemikiran yang bebas dan kritis. Penulisannya baku dan tesis dipertahankan
dalam sidang. Tesis juga bersifat argumentative dan dihasilkan dari suatu
proses penelitian yang memiliki bobot orisinalitas tertentu.
3. Disertasi; adalah
karya tulis ilmiah resmi akhir seorang mahasiswa dalam menyelesaikan program S3
ilmu pendidikan. Disertasi merupakan bukti kemampuan yang bersangkutan dalam
melakukan penelitian yang berhubungan dengan penemuan baru dalam salah satu
disiplin ilmu pendidikan.
Sikap
Ilmiah
Dalam penulisan karya
ilmiah, terdapat 7 sikap ilmiah yang merupakan sikap yang harus ada.
Sikap-sikap ilmiah tersebut adalah sebagai berikut :
1) Sikap ingin tahu
Sikap ingin tahu ini
terlihat pada kebiasaan bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan
bidang kajiannya.
2) Sikap kritis
Sikap kritis ini
terlihat pada kebiasaan mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan
bidang kajiannya untuk dibanding-banding kelebihan -kekurangannya,
kecocokan-tidaknya, kebenaran-tidaknya, dan sebagainya.
3) Sikap obyektif
Sikap objektif ini
terlihat pada kebiasaan menyatakan apa adanya, tanpa diikuti perasaan pribadi.
4) Sikap ingin menemukan
Selalu memberikan
saran-saran untuk eksperimen baru. Kebiasaan menggunakan eksperimen-eksperimen
dengan cara yang baik dan konstruktif. Selalu memberikan konsultasi yang baru dari
pengamatan yang dilakukannya.
5) Sikap menghargai karya orang lain
Sikap menghargai karya
orang lain ini terlihat pada kebiasaan menyebutkan sumber secara jelas
sekiranya pernyataan atau pendapat yang disampaikan memang berasal dari
pernyataan atau pendapat orang lain.
6) Sikap tekun
Tidak bosan mengadakan
penyelidikan, bersedia mengulangi eksperimen yang hasilnya meragukan, tidak
akan berhenti melakukan kegiatan-kegiatan apabila belum selesai. Terhadap
hal-hal yang ingin diketahuinya ia berusaha bekerja dengan teliti.
7) Sikap terbuka
Sikap terbuka ini
terlihat pada kebiasaan mau mendengarkan pendapat, argumentasi, kritik, dan
keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentasi, kritik,
dan keterangan orang lain tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau
tidak sesuai.
Syarat
Karangan Ilmiah
Suatu karangan dari
hasil penelitian, pengamatan, ataupun peninjauan dikatakan ilmiah jika memenuhi
syarat sebagai berikut :
·
penulisannya berdasarkan hasil
penelitian;
·
pembahasan masalahnya objektif sesuai
dengan fakta;
·
karangan itu mengandung masalah yang
sedang dicari pemecahannya; baik dalam penyajian maupun dalam pemecahan masalah
digunakan metode tertentu;
·
bahasa yang digunakan hendaklah benar,
jelas, ringkas, dan tepat sehingga tidak terbuka kemungkinan bagi pembaca untuk
salah tafsir (dihindarkan dari penggunaan bahasa yang maknanya bersifat
konotasi/ambigu).
Melihat persyaratan di
atas, seorang penulis karangan ilmiah hendaklah memiliki ketrampilan dan
pengetahuan dalam bidang :
·
Masalah yang diteliti,
·
Metode penelitian,
·
Teknik penulisan karangan ilmiah,
·
Penguasaan bahasa yang baik.
Karangan
non ilmiah
Karangan non-ilmiah
adalah karangan yang menyajikan fakta pribadi tentang pengetahuan dan
pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, bersifat subyektif, tidak didukung
fakta umum, dan biasanya menggunakan gaya bahasa yang popular atau biasa
digunakan (tidak terlalu formal).
Satu ciri yang pasti
ada dalam tulisan fiksi adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Karangan non-ilmiah
ditulis berdasarkan fakta pribadi, dan umumnya bersifat subyektif. Bahasanya
bisa konkret atau abstrak, gaya bahasanya formal dan populer, walaupun
kadang-kadang juga formal dan teknis. Contoh karya tulis non-ilmiah yaitu
cerpen, puisi, novel, komik dll.
Ciri-ciri karya tulis
non-ilmiah :
·
ditulis berdasarkan fakta pribadi,
·
fakta yang disimpulkan subyektif,
·
gaya bahasa konotatif dan populer,
·
tidak memuat hipotesis,
·
penyajian dibarengi dengan sejarah,
·
bersifat imajinatif,
·
situasi didramatisir,
·
bersifat persuasif.
Karya
nonilmiah bersifat :
·
Emotif: kemewahan dan cinta lebih
menonjol, tidak sistematis, lebih mencari keuntungan dan sedikit informasi,
·
persuasif: penilaian fakta tanpa bukti.
Bujukan untuk meyakinkan pembaca, mempengaruhi sikap cara berfikir pembaca dan
cukup informative,
·
deskriptif: pendapat pribadi, sebagian
imajinatif dan subjektif, dan jika kritik adakalanya tanpa dukungan bukti.
Cerpen.
Suatu bentuk naratif
fiktif. Cerita pendek yang cenderung padat dan langsung pada tujuannya
dibandingkan karya-karya fiksi yang lebih panjang.
Dongeng.
Merupakan suatu kisah
yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, diakhir cerita biasanya
mengandung pesan moral.
Roman.
Sejenis karya sastra
dalam bentuk prosa atau ganjaran yang isinya melukisnya perbuatan pelakunya
menurut watak dan isi jiwa masing-masing.
Novel.
Sebuah karya fiksi
prosa yang tertulis dan naratif, biasanya dalam bentuk cerita.
Drama.
Suatu bentuk karya
sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh actor.
Sumber :
KASUS BANJIR DI JAKARTA - SOFTSKILL B.INDONESIA
PENDAHULUAN
Banjir merupakan
peristiwa tergenangnya sejumlah luasan daratan oleh sejumlah volume air yang
meluap atau melimpas dari tempat dimana volume air tersebut seharusnya berada
atau mengalir. Banjir rob sendiri
merupakan istilah khusus yang hanya dipakai di Indonesia, untuk menggambarkan
banjir yang disebabkan oleh meluapnya sejumlah volume air laut ke daerah pesisir
sekitarnya.
Jakarta layak
kebanjiran. Banjir terjadi karena terganggunya perimbangan antara air
infiltrasi, run-off, dan evapotranspirasi akibat perubahan daya serap lahan.
Gundulnya pepohonan dan massifnya permukaan lahan, apalagi pada lahan miring,
merupakan faktor utamanya.
Alam memang tidak
pernah mengatur adanya banjir dalam siklus hidrologinya. Banjir terjadi justru
karena kemajuan peradaban manusia dan 'keberhasilannya membangun. Banjir telah
menjadi rapor buruk yang tidak layak diperdebatkan karena merupakan hasil kerja
kolektif semua pihak. Banjir, yang awalnya hanya dianggap air pasang karena
akumulasi sesaat presipitasi yang akan cepat surut setelah hujan reda, kini
menjadi bencana permanen. Banjir kini meluap dalam skala besar, menggenangi
permukiman, menghanyutkan rumah dan harta benda, bahkan tak jarang menyebabkan
korban jiwa.
Jakarta layak kebanjiran.
Banjir terjadi karena terganggunya perimbangan antara air infiltrasi, run-off,
dan evapotranspirasi akibat perubahan daya serap lahan. Gundulnya pepohonan dan
massifnya permukaan lahan, apalagi pada lahan miring, merupakan faktor
utamanya. Maka tidak salah, awalnya luapan air banjir Jakarta diduga karena
rusaknya penutupan hutan dan lahan di hulu daerah aliran sungai (DAS). Namun
kenyataan pada 1 Februari 2008 tadi tidak demikian. Hujan lokal telah
menggenangi Jakarta. Bahkan tidak menyebabkan kota pelanggan banjir, Bekasi,
kebanjiran.
Ancaman banjir DKI
Jakarta berasal dari berbagai penjuru. Tercatat, air limpas kiriman dari hulu
dan bagian tengah DAS Ciliwung berjumlah 500 juta meter kubik setiap tahun.
Banjir juga terjadi karena pertemuan air limpas presipitasi hujan dengan
naiknya air pasang laut di daerah hilir.
Pengurukan areal rawa
pantai untuk permukiman dan aktivitas komersial ataupun wisata sekelompok warga
kelas atas juga terbukti memindahkan air bah ke daerah bawah yang sebelumnya
tidak menderita kebanjiran dan menenggelamkan ruas jalan tol Sedyatmo. Faktor
intensitas curah hujan dan durasinya tentu sangat berperanan pula menciptakan
bencana itu.
Faktor lain adalah
akibat tidak tertatanya permukiman jutaan masyarakat yang mengais rezeki dari
menumpuknya uang pembangunan negara di Jakarta. Permukiman dibangun di mana
saja yang memiliki akses cepat ke sumber perekonomian. Daerah lembah yang basah
di daerah hilir atau bantaran sungai justru diminati karena harganya
terjangkau.
Banjir Jakarta juga
terjadi karena ulah pengelola kota itu sendiri yang tidak memahami atau tidak
peduli pada ancaman bencana banjir. Rencana tata kota dan penyelenggaraan
pemerintahan yang baik dalam prakteknya cenderung mudah diabaikan. Pemerintah
setempat juga hanya mampu membangun jalan umum dari bekas jalan setapak yang
berliku, bergunung, dan berlembah mengikuti alur topografi asli tanpa pemikiran
masalah kebutuhan aliran air.
Dari
kasus diatas kita bisa mengkaitkan dalam penjabaran metode ilmiah.
Pengertian
Metode Ilmiah
Metode ilmiah merupakan
suatu pengajaran terhadap kebenaran yang diatur oleh pertimbangan-pertimbangan
logis. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interelasi yang
sistematis dari fakta-fakta, maka metode ilmiah berkehendak untuk mencari
jawaban tentang fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian
sistematis. Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan yang
dekat sekali, jika tidak dikatakan sama.
Metode
Ilmiah memiliki ciri-ciri keilmuan, yaitu :
·
Rasional: sesuatu yang masuk akal dan
terjangkau oleh penalaran manusia
·
Empiris: menggunakan cara-cara tertentu
yang dapat diamati dengan menggunakan panca indera
·
Sistematis: menggunakan proses dengan
langkah-langkah logis.
Syarat-syarat
Metode Ilmiah, diantaranya :
·
Obyektif, artinya pengetahuan itu sesuai
dengan objeknya atau didukung metodik fakta empiris.
·
Metodik, artinya pengetahuan ilmiah
diperoleh dengan menggunakan cara-cara tertentu yang teratur dan terkontrol.
·
Sistematik, artinya pengetahuan ilmiah
itu tersusun dalam suatu sistem, tidak berdiri sendiri, satu dengan yang lain
saling berkaitan.
·
Universal, artinya pengetahuan tidak
hanya berlaku atau dapat diamati oleh seseorang atau beberapa orang saja tetapi
semua orang melalui eksperimentasi yang sama akan memperoleh hasil yang sama.
Sifat
Metode Ilmiah :
·
Efisien dalam penggunaan sumber daya
(tenaga, biaya, waktu).
·
Terbuka (dapat dipakai oleh siapa saja).
·
Teruji (prosedurnya logis dalam
memperoleh keputusan).
Pola
pikir dalam metode ilmiah :
·
Induktif: Pengambilan kesimpulan dari
kasus yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang lingkup terbatas dalam menyusun argumentasi dan terkait dengan
empirisme.
·
Deduktif: Pengambilan kesimpulan dari
hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan
secara deduktif biasanya mempergunakan pola pikir silogismus dan terkait dengan
rasionalisme.
Langkah
– langkah Metode Penelitian, diantaranya :
a. Perumusan masalah
Proses kegiatan ilmiah
dimulai ketika kita tertarik pada sesuatu hal. Ketertarikan ini karena manusia
memiliki sifat perhatian. Pada saat kita tertarik pada sesuatu, sering timbul
pertanyaan dalam pikiran kita. Perumusan masalah merupakan langkah untuk
mengetahui masalah yang akan dipecahkan sehingga masalah tersebut menjadi jelas
batasan, kedudukan, dan alternatif cara untuk memecahkan masalah tersebut.
Perumusan masalah juga berarti pertanyaan mengenai suatu objek serta dapat
diketahui faktor-faktor yang berhubungan dengan objek tersebut. Masalah yang
ditemukan diformulasikan dalam sebuah rumusan masalah, dan umumnya rumusan
masalah disusun dalam bentuk pertanyaan.
b. Pembuatan kerangka
berfikir
Pembuatan kerangka
berfikir merupakan argumentasi yang menjelaskan hubungan antar berbagai faktor
yang berkaitan dengan objek dan dapat menjawab permasalahan. Pembuatan kerangka
berfikir menggunakan pola berfikir logis, analitis, dan sintesis atas
keterangan-keterangan yang diperoleh dari berbagai sumber informasi. Hal itu
diperoleh dari wawancara dengan pakar atau dengan pengamatan langsung.
c. Penarikan hipotesis
Hipotesis merupakan
dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu permasalahan. Penyusunan hipotesis
dapat berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan oleh orang
lain. Dalam penelitian, setiap orang berhak menyusun hipotesis. Masalah yang dirumuskan
harus relevan dengan hipotesis yang diajukan. Hipotesis digali dari penelusuran
referensi teoretis dan mengkaji hasil-hasil penelitian sebelumnya.
d. Pengujian
Hipotesis/eksperiment
Pengujian hipotesis
dilakukan dengan cara menganalisis data. Data dapat diperoleh dengan berbagai
cara, salah satunya melalui percobaan atau eksperimen. Percobaan yang dilakukan
akan menghasilkan data berupa angka untuk memudahkan dalam penarikan
kesimpulan. Pengujian hipotesis juga berarti mengumpulkan bukti-bukti yang
relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat
bukti-bukti yang mendukung hipotesis.
e. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan
merupakan penilaian apakah sebuah hipotesis yang diajukan itu ditolak atau
diterima. Hipotesis yang diterima dianggap sebagai bagian dari pengetahuan
ilmiah, sebab telah memenuhi persyaratan keilmuan. Syarat keilmuan yakni
mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah
sebelumnya serta telah teruji kebenarannya. Melalui kesimpulan maka akan
terjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan dapat dibuktikan
kebenarannya.
Dari
Kasus yang diatas kita bisa mengkaitkannya dengan penjabaran Metode Ilmiah,
seperti:
Perumusan
Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan banjir, dan apa
dampak yang di timbulkannya ?
2. Mengapa banjir dapat menggenangi ibukota ?
3. Bagaimana cara mengatasi banjir di ibukota?
Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui tentang banjir dan dampak yang
ditimbulkannya
2. Mengetahui penyebab banjir yang terjadi di
ibukota
3. Mengetahui cara mengatasi banjir di ibukota
Kesimpulan
1. Daerah Jakarta Selatan ini terjadi banjir disebabkan
oleh pemukiman padat penduduk, saluran air yang diperkecil, alih fungsi lahan,
tidak ada resapan air, dan pembuangan sampah yang liar.
2. Cara mengatasi
banjir di daerah Jakarta adalah:
·
Membuat daerah resapan air yang lebih
luas lagi, dan jangan memperkecil saluran air yang sudah ada.
·
Mengkaji ulang tata kota daerah
Kebagusan, untuk mengetahui titik-titik daerah banjir.
·
Membuat tanggul baik yang permanent atau
non permanent dirumah masing-masing yang selalu terkena banjir.
·
Jangan mendirikan bangunan di lahan yang
memang rawan banjir.
Sumber:
alphaomega86.tripod.com/metode_ilmiah.htm
Langganan:
Postingan (Atom)