2.1 Teori
2.1.1 Pengetian
Jasa
Jasa adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke
pasar untuk diperhatikan, dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat
memuaskan keinginan atau kebutuhan. Produk mencakup objek fisik, jasa, orang,
tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas dapat
disimpulkan bahwa pemasaran jasa suatu tindakan yang ditawarkan pihak produsen
kepada konsumen dalam arti jasa yang diberikan tidak dapat dilihat, dirasa,
didengar, atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi.
2.1.2 Kualitas
Pelayanan
Kualitas pelayanan kini sangat dibutuhkan untuk
mencapai kepuasan pelanggan. Dengan adanya kualitas, berarti perusahaan harus
memenuhi harapanharapan pelanggan dan memuaskan kebutuhan mereka. Namun
demikian meskipun definisi ini berorientasi pada konsumen, tidak berarti bahwa
dalam menentukan kualitas pelayanan penyedia jasa harus menuruti semua
keinginan konsumen. Dengan kata lain, dalam menetapkan kualitas pelayanan,
perusahaan harus mempertimbangkan selain untuk memenuhi harapan-harapan
pelanggan, juga harus melihat tersedianya sumberdaya yang memadai dalam
perusahaan.
2.1.2.1 Pengertian
Kualitas Pelayanan
Menurut Edvardsson (dalam Griselda dan Tagor Muda)
kualitas adalah bagaimana cara untuk mencari tahu apa yang menciptakan nilai
bagi konsumen dan perusahaan harus memberikan nilai tersebut. Oleh karena itu,
kualitas pelayanan harus mendapat perhatian yang serius dari manajemen
organisasi jasa. Untuk menetapkan kualitas pelayanan yang ingin dicapai oleh
sebuah organisasi jasa, terlebih dahulu organisasi tersebut harus mempunyai
tujuan yang jelas.Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir
pada presepsi pelanggan (Kotler, 1994). Hal ini berarti bahwa citra kualitas
yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa,
melainkan berdasarkan sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan
terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu
jasa.
Pengertian kualitas pelayanan bersifat multidimensional,
yaitu kualitas menurut pemakai pelayanan kesehatan dan menurut penyedia jasa
layanan kesehatan (Azwar, 1996):
a. Dari segi pemakai jasa pelayanan, kualitas
pelayanan terutama berhubungan dengan ketanggapan dan kemampuan petugas rumah
sakit dalam memenuhi kebutuhan pasar dan komunikasi pasien termasuk di dalamnya
sifat ramah dan kesungguhan.
b. Dari pihak penyedia jasa dalam hal ini rumah
sakit, kualitas pelayanan terkait pada pemakaian yang sesuai dengan
perkembangan ilmu dan teknologi.
2.1.2.2 Dimensi
Kualitas Pelayanan
Sunarto (2003:244) mengidentifikasikan tujuh dimensi
dasar dari kualitas yaitu:
a. Kinerja
Yaitu tingkat absolut kinerja barang atau jasa pada
atribut kunci yang diidentifikasi para pelanggan.
b. Interaksi Pegawai
Yaitu seperti keramahan, sikap hormat, dan empati
ditunjukkan oleh masyarakat yang memberikan jasa atau barang.
c. Keandalan
Yaitu konsistensi kinerja barang, jasa dan toko.
d. Daya Tahan
Yaitu rentan kehidupan produk dan kekuatan umum.
e. Ketepatan Waktu dan Kenyaman
Yaitu seberapa cepat produk diserahkan atau diperbaiki,
seberapa cepat produk infomasi atau jasa diberikan.
f. Estetika
Yaitu lebih pada penampilan fisik barang atau toko
dan daya tarik penyajian jasa.
g. Kesadaran akan Merek
Yaitu dampak positif atau negatif tambahan atas
kualitas yang tampak, yang mengenal merek atau nama toko atas evaluasi
pelanggan
Parasuraman mengidentifikasi lima kelompok
karakteristik yang digunakan konsumen dalam mengevaluasi kualitas jasa.
Karakteristik ini dijadikan sebagai variabel untuk kualitas pelayanan dalam penelitian
ini meliputi:
a. Tangibles, atau bukti fisik yaitu penampilan dan
kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan
sekitarnya adalah bukti nyata dan pelayanan yang diberikan.
b.
Reliability, atau kehandalan yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan
pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya.
c. Responsiveness, atau ketanggapan yaitu suatu
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada
pelanggan
d. Assurance,
atau jaminan dan kepastian yaitu pengetahuan, kesopansantunan, dan kemampuan
para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada
perusahaan.
e. Empathy, yaitu memberikan perhatian yang tulus
dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan
dengan berupaya memahami keinginan pelanggan.
2.1.2.3
Pelayanan Kesehatan yang Bermutu
Pelayanan
kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan
setiap pemakai jasa pelayanan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk
serta penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan yang
telah ditetapkan (Azwar, 1996). Dua unsur penting dalam upaya peningkatan
pelayanan kesehatan adalah tingkat kepuasan pasien sebagai pengguna jasa dan
pemenuhan standar pelayanan yang telah ditetapkan. Kenyataan ini bisa dilihat,
bahwa ada beberapa hal yang dapat memberikan kepuasan pelanggan yaitu nilai
total pelanggan yag terdiri dari nilai produk, nilai pelayanan, nilai personal,
nilai image atau citra, dan biaya total pelanggan yang terdiri dari biaya
moneter, biaya waktu, biaya tenaga, dan biaya pikiran (Kotler, 2000:50).
2.1.3 Kepuasan
Konsumen
2.1.3.1
Pengertian Kepuasan Konsumen
Menurut Kotler (1997:56) kepuasan konsumen adalah
perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil
suatu produk dengan harapan-harapannya. Jika kenyataan lebih dari yang
diharapkan, maka layanan dapat dikatakan bermutu sedangkan jika kenyataan kurang dari yang diharapkan,
maka layanan dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama dengan harapan, maka
layanan dise but memuaskan. Dengan demikian service quality dapat didefinisikan
sebagai jauhnya perbedaan antara kenyataan dan harapan konsumen atas layanan
yang mereka terima (Lupiyoadi, 2001).